si teruna melangkah demi langkah, naik turun umpama roda,
kemarahan kekecewaan bukan satu pengakhir nyawa,
lawan tetap lawan berperisaikan senyuman dan ketawa,
si teruna menjejak ke punca ilmu yang nyata,
hendak menimba dan mengembara katanya,
alasan berlapis kata, dusta belaka !
mengejar dia, si dara, atas sebuah punca yang belum dirasa,
dara di atas, teruna di bawah, dara di bangunan, teruna di jalanan,
bukan nama , pangkat , harta si teruna hendak jumpa,
tapi ianya engkau,wahai si dara, yang memiliki CINTA !
mohon pembaca kena diabetes, sebab sweet sangat.
nukilan : saudara Wahid bin Thalata